SEJARAH DESA MARGAHARJA DESA
SEJARAH DESA MARGAHARJA
Sejarah Desa Margaharja, Menurut rempugan leluhur Margaharja, secara turun temurun
terdengar cerita bahwa Desa Margaharja dahulunya bernama “Desa Bangkelung”,
merupakan daerah pedesaan yang subur, tumbuhan yang hijau, di atas tanah yang
datar dan sebagian berbukit di tumbuhi pohon dan semak-semak yang masih lebat,
hiduplah sekelompok masyarakat yang rukun dan damai meskipun penduduknya masih
dalam kehidupan sederhana.
Desa Margaharja lama-kelamaan menjadi ramai dengan adanya
pendatang yang ingin menetap dan tinggal di desa itu. Mungkin karena pengaruh
urbanisasi. Desa Margaharja waktu itu dikenal dengan sebutan Bangkelung dan
nama itu sudah terkenal di kalangan penduduk atau desa sekitar bahkan terdengar
sampai keluar kota kabupaten, propinsi bahkan sampai ke ibu kota Jakarta.
- Kurang
lebih pada abad 18 datang seorang keturunan dari Cirebon yang
bernama BUYUT SAYANG sebagai cikal bakal pendiri
Bangkelung dan penyebar agama Islam di Bangkelung yang saat itu jumlah
pengikutnya hanya 33 orang;
- PANGERAN
CAKRAWATI merupakan salah seorang keturunanya yang ssekarang
dimakamkan di MAKAM KERAMAT CAKRAWATI. Nakna Cakra berarti tulisan dan
Wati berarti Emas atau baik. Makam Cakrawati merupakan salah satu situs
yang terletak di Cibelah Dusun Desakoiot Desa Margaharja Kecamatan
Sukadana Kabupaten Ciamis;
- SUBAWIJAYA merupakan
Kuwu pertama dari tahun 1852 s/d tahun 1892 sebagai ujung tombak
berdirinya Desa Bangkelung penduduknya waktu itu baru 113 orang. Beliau
adalah salah seorang keturunan Pangeran Cakrawati yang berlokasi di
Cibelah yang diapit oleh Gunung Cakrawati dan Gunung Dalem Lenggana,
diantara keduanya mengalir Sungai Cirende. Dalem Lenggana setelah wafat
dimakamkan di Komplek MAKAM KERAMAT DALEM LENGGANA Bantarsari;
- MUSIAM dari
tahun 1892 s/d tahun 1901, saat itu jumlah penduduknya berjumlah 225 orang
mengingat Cibelah daerahnya sempit maka pusat pemerintahan saat itu
dipindahkan ke Karangsari dilokasi Bale Desa Margaharja sekarang dan
Cibelah bekas lokasi balai desa lama dinamakan Desakolot yang sekarang
menjadi Dusun Desakolot;
- AMI dari
tahun 1901 s/d tahun 1904 beliau adalah seliran dari Rajadesa karena waktu
itu keturunan Bangkelung Belum ada yang dewasa;
- ALWASAN dari
tahun 1904 s/d tahun 1909 dan beliau masih seliran dari Rajadesa yang
meramalkan bahwa di kemudian hari Bangkelung akan dipimpin oleh keturunan
Panjalu selama semusim jagung dan saat itulah mulai didirikan Bale Desa
dan Mesjid dengan bangunan darurat dari kayu dan bambu;
- IDRIS dari
tahun 1909 s/d tahun 1918 Kuwu kembali dipegang oleh keturunan Bangkelung
dan bale desa tersebut mulai diperbaiki dengan atap genteng dengan bilik
masih bambu dan beliau dimakamkan di Pemakaman Umum Ciorok;
- IMAM dari
tahun 1918 s/d tahun 1928 beliau adalah salah seorang anak Bapak AMI dan
menantu Bapak H. Idris dan pada Tahun 1925 Desa Bangkelung disatukan
dengan Desa Cikaso yang Kuwunya H. Marsum dan Desa Margadanu yang Kuwu
saat itu bernama H. Abdullah.
Penyatuan 3 Desa itu adalah hasil musyawarah bersama sesepuh
masyarakat setelah 3 Desa itu disatukan penduduknya berjumiah 4927 orang dan
kemudian mengadakan pemilihan kuwu dengan sistem gunduk atau unggul dan yang
terpilih adalah Bapak H. IMAM.